Masyarakat Lampung terbagi menjadi Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin, yang memiliki corak kebudayaan berbeda antara keduanya. Baik masyarakat Lampung Pepadun maupun Saibatin, punya keunikan sendiri dari adat istiadat, busana, hingga tatacara dalam pernikahan. Nah, prosesi pernikahan berikut, adalah cara pernikahan adat yang biasanya lebih sering dilaksanakan masyarakat Lampung Pepadun.
Dulu sebelum melakukan pernikahan, ada beberapa tahapan yang harus dilewati para wanita di Lampung. Tapi sekarang, beberapa udah nggak dijalanin lagi karena pergaulan makin luas dan campur tangan orang tua lebih dikit dalam proses pernikahan anaknya. Berikut uraiannya!
Nindai atau Nyubuk. Adalah proses paling awal saat orang tua calon mempelai laki-laki akan menilai si wanita nih, apakah suka atau nggak. Kedua, Beulih-ulihan. Ini adalah proses saling bertanya. Kalau proses Nindai udah selesai dan si wanita juga ok, berarti proses maju selangkah menuju proses pernikahan. Dalam proses Beulih-ulhan ini, pihak laki-laki juga tanya apakah si wanita udah ada yang punya atau belum serta bibit, bobot dan bebetnya gimana. Jika kemudian semuanya ok, dilakukanlah proses pendekatan yang disambung dengan bekado atau kunjungan pihak laki-laki ke kediaman si gadis. Kedatangan bujang ini nggak dengan tangan kosong lho, saat berkunjung dia juga bawa peralatan makan dan minum buat mengutarakan isi hati. Ketiga, Nunang. Yaitu proses lamaran yang dilakukan pihak laki-laki kepada wanita. Saat dateng ngelamar, pihak laki-laki juga bawa banyak bawaan antara lain kue, dodol, perlatan merokok dan peralatan sirih pinang.
Selanjutnya yaitu Menjeu atau berunding. Merupakan proses dimana utusan calon pengantin laki-laki datang ke tempat calon mempelai wanita dengan maksud buat berunding tentang uang jujur, mas kawin, adat seperti apa yang akan digunakan, terus juga ngomongin tempat akad nikah. Soalnya berdasarkan adat Lampung, biasanya pernikahan dilakukan di kediaman calon pengantin laki-laki. Keenam, Sesimburan atau dimandikan. Upacara sesimburan ini, umumnya dilakukan di sungai atau sumur dengan cara diarak. Calon mempelai wanita dipayungi menggunakan payung gober serta diiringi tabuhan dan talo lunik. Upacara ini punya makna bahwa masa bermain bagi si wanita telah berakhir dan sebagai tanda kalau besok akan dilangsungkan pernikahan. Ketujuh, Betanges atau mandi uap. Pada proses ini dilakukan pererebusan rempah-rempah yang wangi yang disebut pepun sampe mendidih, terus hasil rebusannya diletakkan di bawah kursi. Calon mempelai wanita duduk di kursi tersebut sambil dikurung pake tikar pandan. Bagian atas tikar pandan nantinya ditutup pake tampah atau kain, jadi uapnya nyebar ke seluruh tubuh. Proses ini dilakukan agar tubuh calon mempelai wanita mengeluarkan aroma harum dan nantinya nggak terlalu banyak berkeringat. Dan terakhir, Berparas atau mencukur. Mencukur disini dilakukan guna menghilangkan bulu-bulu halus dan membentuk alis calon mempelai wanita supaya keliatan menarik dan memudahkan saat membentuk riasan. Proses ini dilanjutin di malam hari dengan memasang pacar pada kuku calon mempelai wanita.
Comments